Semua
memang terlihat lucu bagiku. Semua hal yang kusuka, terlebih dia, membuatku
menjadi lebih bersemangat untuk hidup. Walaupun hidup itu susah, tapi, jika
kita memaknai hidup ini, pasti akan menjadi lebih bermakna. Ya, itu adalah
kata-kata yang sering kudengar dari nya. Orang yang menjadi semangat untuk
hidup lebih baik. Orang yang sering aku ganggu saat berangkat maupun pulang
sekolah, walaupun itu hanya lewat sms.
Ketarik
tuas gas hingga habis dan ku terabas halang rintang di jalan raya. Satu, lima,
atau bahkan sembilan truk yang aku lewati, walaupun saat ini jalanan masih
ramai dalam ukuran jalan raya di Magelang. Cukup nekad bagiku untuk ukuran
seorang pengendara motor amatiran di jalan raya. Naik motor sambil mainan hp
bukan lha hal yang tabu bagiku. Walaupun, kadang kala , aku diprotes oleh
pengendara yang lain. Tapi, itulah seorang remaja yang lagi galau, berani
memertaruhkan nyawa.
15
menit aku dijalanan, tak terasa, aku sudah berada di depan gang rumahku. Disana,
sudah menghadang sesosok manusia yang bermantel, hitam, dan gelap. Ya, dia
adalah Bagas, orang yang nantinya aku sebut sebagai seorang sahabat yang datang
saat aku susah, dan menghilang saat aku senang. Itulah aku, kalau ada maunya
pasti baik hati.
”Hei,
dari mana kau ini?Katanya mau curhat?Kok jam segini baru nonggol?” Gerutu Bagas
dengan suara yang diberat-beratkan, tapi, tetap cool. Ya iyalah, toh dia adalah
seorang idaman wanita benar.
”Ya
maaf gas, aku kan tadi lupa, toh, tadi aku juga gabung sama anak rohis, jadi
lupa waktu” , belaku.
Bagas
tetap saja menghakimiku dengan belaan darinya. Tapi, entah bagaimana yang
terlintas di benakku hanya omongan Anggra tadi pagi. Omongan Bagas terasa
dihalangi untuk masuk ke pikiranku dengan lamunanku tentang Anggra.
”Jadi
curhat kagak?” Bentak Bagas.
Aku
tersadar dari lamunanku dengan bentakan dari Bagas. Merasa iba dengan Bagas,
aku pun membuang jauh-jauh lamunanku dan mengajak Bagas ke sebuah cafe di
kawasan Kota. Di cafe tersebut, aku curhat dengan Bagas tentang tingkah laku
Anggra yang sudah berubah ketika berpapasan denganku. Tidak ada tegur sapa
diantara aku dan Anggra. Walaupun aku jarang ngobrol dengan Anggra, tapi, aku
merasa kalau ada yang disembunyikan dariku.
”Mungkin,
Anggra sudah eneg dengan tingkahmu itu Yo. Kamunya ngasih sinyal ke dia
setengah- setengah. Mungkin ini yang membuat Anggra menjadi bosan dengan kamu. Makanya
dia jadi bad mood ketika ketemu kamu. Mungkin juga eneg karena kamu beraninya
ngobrol lewat sms, nggak pernah ngobrol sama dia 4 mata langsung. Jadi, hal ini
membuat Anggra menjadi bosan, ” itulah saran dari Bagas.
Karena
penasaran dengan tingkah laku Anggra, akupun berniat menyelidikinya. Aku mulai
dengan bertanya dengan Apri, sahabat paling dekat dengan Anggra.
”okey,
deal ya jam 4 sore di cafe baru itu”, katanya lewat sms.
Aku
pun bergegas berangkat menuju cafe tersebut. Disana, sudah menunggu seorang
wanita yang memakai kaos warna merah. Ternyata Apri sudah menungguku sejak jam
4 sore dan ini sudah jam setengah lima. Aku pun meminta maaf kepada Apri.
”Pri,
aku mau nanya satu hal sama kamu. Selama ini, apakah ada yang disembunyikan
dariku?” Tanyaku To The Point.
Dengan
gelagapan, Apri mejawab pertanyaanku, ”Kok kamu berani bertanya seperti itu?Dapat
ide dari mana kamu?”
”
Aku mau cerita sama kamu, tapi kamu jangan ember ya. Akhir-akhir ini, Anggra
kok berubah ya tingkah lakunya saat bertemu aku? Kok dia juga sering minta maaf
sama aku?”
”ada
kalanya aku nggak cerita sama kamu. Sudah ya Tyo, aku sudah ditunggu neneku.”
Kata-kata
Apri sungguh membuat aku semakin penasaran dan semakin yakin bahwa ada yang
sembunyikan dariku. Dan juga,,, sejak kapan nenek Apri suka Shopping? Itulah yang
ada di benakku selama perjalanan pulang. Akhirnya, aku memberanikan diri
bertanya langsung kepada Anggra, walaupun itu hanya lewat sms.
”maaf
ya Tyo, aku sering minta maaf ke kamu akhir-akhir ini. Aku Cuma ngarasa aja aku
suka menyakiti kamu,”itulah balasan dari Anggra.
Balasan
dari Anggra sungguh bermakna banyak.
Banyak yang dapat ditarik dari balasan Anggra. Tapi, entahlah, aku percaya
kalau Anggra tidak mungin menyembunyikan sesuatau dari aku. Aku percaya itu J
Paginya,
disekolah, aku bak seorang raja yang dikawal oleh para prajuritnya yang sedang
dijarah oleh seorang bandit. Ya, diparkiran sekolah aku ditunggu oleh Sari,
teman lamaku. Teman yang mencomblangkan temannku dengan temanku yang lain.
”Budi
sama Tiwi, Anggra sama Pras, lha kamu sama siapa?” Tanya nya tanpa dosa.
Aku
yang mendengar pertanyaan Sari tersebut langsung down, galau tingkat dunia
akhirat, rasanya seperti cokelat yang dipanggang diatas bara api, dan
dipenyet-penyet oleh raksasa dari dimensi 4. Langsung aku ingin mati. Aku yang
belum menjawab pertanyaan dari sari kemudian meninggalkanya tanpa menjawab
pertanyaannya. Langsung saja, semua rumus-rumus yang aku hapalkan semalaman
suntuk hancur berkeping-keping menjadi pecahan yang tiada gunanya lagi. Tapi,
aku mencoba teguh. Mencoba untuk tidak percaya itu.
Alhasil,
ulangan Fisikaku anjlok, jeblok, dan gagal. Malam harinya, aku mencoba mencari
kejelasan. Ku coba telpon Anggra, tapi, seperti biasa, dia tidak mau menjawab
telponku. Tapi, kerja keras ku akhirnya berhasil, Anggra yang luluh hatinya
karena usahaku mengangkat telpon dariku. Sempat tidak ada suara diantara kami.
Akhirnya,
ku beranikan diri untuk membuka perbincangan kami.
”Malem
Nggra. Sory ganggu. Lagi nggak sibuk to?” Tanyaku.
”Malem
juga Tyo, enggak ganggu og, beneran. Kok tumben malem-male telpon?Semangat banget
telponya? Mesti penting ya?”
”oh,
ya syukurlah kalau nggak ganggu. Nggra, aku Cuma mau tanya, apakah ada yang
kamu tutup-tutupi dari aku?”
Mendengar
pertanyaan dariku, dengan segera, Anggra cepat-cepat menutup telepon dariku. Akhirnya,
walaupun tanpa ada jawaban darinya, tapi, aku tau satu hal dan yakin atas
pendapatku tentang status hubungan dia.
Tau
akan itu, ku coba telpon dia. Tapi, hasilnya nihil. Entah nggak diangkat karena
dia sedang sibuk, ataukah,,, ataukah, dia benar-benar menyembunyikan sesuatu
dariku. Akhirnya, dengan rasa kecewa, sedih, dan galau tingkat dunia akhirat,
kucoba sms dia. Semua emosi yang aku rasakan aku curahkan dalam kata-kata yang
aku coba katakan kepada Anggra. Tapi, kucoba untuk tetap menjaga hati Anggra
agar tidak marah kepadaku.
”Nggra,
sory kalau aku bilang ini ke kamu. Tapi, aku Cuma ingin jujur ke kamu kalau aku
tu cinta ke kamu, aku sayang kamu, dan aku care kamu. Maaf, maaf, dan maaf aku
bilangnya telat ke kamu. Tapi itu percuma Nggra, aku dah telat bilang ini ke
kamu. Aku dah telat. Aku dah telat ngomong ini ke kamu, dan aku telat tau kalau
kamu dah punya pacar. Sakit, sakit, dan sakit Nggra aku tau ini dari orang yang
pernah aku sukai. Tapi, yo wes lah. Paling ini takdirku. Takdir yang diciptakan
Tuhan untuk memperingatkanku agar tidak mempermainkan hati wanita lagi. Tapi,
mengapa kamu nggak jujur sama aku? Thanks Anggra atas semuanya, atas semua
senyummu, sapamu, dan juga atas semua luka yang kau beri padaku. Thanks ris. Sekali
lagi maaf karena aku ngomong ini ke kamu.”
Air
mata tanpa sadar menyucur dari mataku. Tanpa sadar, aku terus memikirkan
semuanya. Semua telah terjadi dan tidak bisa merubahnya. Kumatikan hp ku dan
kucoba untuk mendekatkan diri pada yang kuasa. Entah Anggra membalas smsku atau
tidak, tapi aku tidak memperdulikannya. Ingin rasanya seperti bayi yang baru
lahir. Tanpa masalah, tanpa dosa, dan tanpa emosi. Ingin rasanya kembali pada
masa itu.
#cerpen ini didedikasikan penulis kepada seorang yang penulis cintai disana...ditulis dari hati yang paling dalam
0 komentar:
Posting Komentar