Welcome To My Blog, Don't Forget To Follow My Twitter.
Unknown

Semua memang terlihat lucu bagiku. Semua hal yang kusuka, terlebih dia, membuatku menjadi lebih bersemangat untuk hidup. Walaupun hidup itu susah, tapi, jika kita memaknai hidup ini, pasti akan menjadi lebih bermakna. Ya, itu adalah kata-kata yang sering kudengar dari nya. Orang yang menjadi semangat untuk hidup lebih baik. Orang yang sering aku ganggu saat berangkat maupun pulang sekolah, walaupun itu hanya lewat sms.
Ketarik tuas gas hingga habis dan ku terabas halang rintang di jalan raya. Satu, lima, atau bahkan sembilan truk yang aku lewati, walaupun saat ini jalanan masih ramai dalam ukuran jalan raya di Magelang. Cukup nekad bagiku untuk ukuran seorang pengendara motor amatiran di jalan raya. Naik motor sambil mainan hp bukan lha hal yang tabu bagiku. Walaupun, kadang kala , aku diprotes oleh pengendara yang lain. Tapi, itulah seorang remaja yang lagi galau, berani memertaruhkan nyawa.
15 menit aku dijalanan, tak terasa, aku sudah berada di depan gang rumahku. Disana, sudah menghadang sesosok manusia yang bermantel, hitam, dan gelap. Ya, dia adalah Bagas, orang yang nantinya aku sebut sebagai seorang sahabat yang datang saat aku susah, dan menghilang saat aku senang. Itulah aku, kalau ada maunya pasti baik hati.
”Hei, dari mana kau ini?Katanya mau curhat?Kok jam segini baru nonggol?” Gerutu Bagas dengan suara yang diberat-beratkan, tapi, tetap cool. Ya iyalah, toh dia adalah seorang idaman wanita benar.
”Ya maaf gas, aku kan tadi lupa, toh, tadi aku juga gabung sama anak rohis, jadi lupa waktu” , belaku.
Bagas tetap saja menghakimiku dengan belaan darinya. Tapi, entah bagaimana yang terlintas di benakku hanya omongan Anggra tadi pagi. Omongan Bagas terasa dihalangi untuk masuk ke pikiranku dengan lamunanku tentang Anggra.
”Jadi curhat kagak?” Bentak Bagas.
Aku tersadar dari lamunanku dengan bentakan dari Bagas. Merasa iba dengan Bagas, aku pun membuang jauh-jauh lamunanku dan mengajak Bagas ke sebuah cafe di kawasan Kota. Di cafe tersebut, aku curhat dengan Bagas tentang tingkah laku Anggra yang sudah berubah ketika berpapasan denganku. Tidak ada tegur sapa diantara aku dan Anggra. Walaupun aku jarang ngobrol dengan Anggra, tapi, aku merasa kalau ada yang disembunyikan dariku.
”Mungkin, Anggra sudah eneg dengan tingkahmu itu Yo. Kamunya ngasih sinyal ke dia setengah- setengah. Mungkin ini yang membuat Anggra menjadi bosan dengan kamu. Makanya dia jadi bad mood ketika ketemu kamu. Mungkin juga eneg karena kamu beraninya ngobrol lewat sms, nggak pernah ngobrol sama dia 4 mata langsung. Jadi, hal ini membuat Anggra menjadi bosan, ” itulah saran dari Bagas.
Karena penasaran dengan tingkah laku Anggra, akupun berniat menyelidikinya. Aku mulai dengan bertanya dengan Apri, sahabat paling dekat dengan Anggra.
”okey, deal ya jam 4 sore di cafe baru itu”, katanya lewat sms.
Aku pun bergegas berangkat menuju cafe tersebut. Disana, sudah menunggu seorang wanita yang memakai kaos warna merah. Ternyata Apri sudah menungguku sejak jam 4 sore dan ini sudah jam setengah lima. Aku pun meminta maaf kepada Apri.
”Pri, aku mau nanya satu hal sama kamu. Selama ini, apakah ada yang disembunyikan dariku?” Tanyaku To The Point.
Dengan gelagapan, Apri mejawab pertanyaanku, ”Kok kamu berani bertanya seperti itu?Dapat ide dari mana kamu?”
” Aku mau cerita sama kamu, tapi kamu jangan ember ya. Akhir-akhir ini, Anggra kok berubah ya tingkah lakunya saat bertemu aku? Kok dia juga sering minta maaf sama aku?”
”ada kalanya aku nggak cerita sama kamu. Sudah ya Tyo, aku sudah ditunggu neneku.”
Kata-kata Apri sungguh membuat aku semakin penasaran dan semakin yakin bahwa ada yang sembunyikan dariku. Dan juga,,, sejak kapan nenek Apri suka Shopping? Itulah yang ada di benakku selama perjalanan pulang. Akhirnya, aku memberanikan diri bertanya langsung kepada Anggra, walaupun itu hanya lewat sms.
”maaf ya Tyo, aku sering minta maaf ke kamu akhir-akhir ini. Aku Cuma ngarasa aja aku suka menyakiti kamu,”itulah balasan dari Anggra.
Balasan dari Anggra sungguh bermakna  banyak. Banyak yang dapat ditarik dari balasan Anggra. Tapi, entahlah, aku percaya kalau Anggra tidak mungin menyembunyikan sesuatau dari aku. Aku percaya itu J
Paginya, disekolah, aku bak seorang raja yang dikawal oleh para prajuritnya yang sedang dijarah oleh seorang bandit. Ya, diparkiran sekolah aku ditunggu oleh Sari, teman lamaku. Teman yang mencomblangkan temannku dengan temanku yang lain.
”Budi sama Tiwi, Anggra sama Pras, lha kamu sama siapa?” Tanya nya tanpa dosa.
Aku yang mendengar pertanyaan Sari tersebut langsung down, galau tingkat dunia akhirat, rasanya seperti cokelat yang dipanggang diatas bara api, dan dipenyet-penyet oleh raksasa dari dimensi 4. Langsung aku ingin mati. Aku yang belum menjawab pertanyaan dari sari kemudian meninggalkanya tanpa menjawab pertanyaannya. Langsung saja, semua rumus-rumus yang aku hapalkan semalaman suntuk hancur berkeping-keping menjadi pecahan yang tiada gunanya lagi. Tapi, aku mencoba teguh. Mencoba untuk tidak percaya itu.
Alhasil, ulangan Fisikaku anjlok, jeblok, dan gagal. Malam harinya, aku mencoba mencari kejelasan. Ku coba telpon Anggra, tapi, seperti biasa, dia tidak mau menjawab telponku. Tapi, kerja keras ku akhirnya berhasil, Anggra yang luluh hatinya karena usahaku mengangkat telpon dariku. Sempat tidak ada suara diantara kami.
Akhirnya, ku beranikan diri untuk membuka perbincangan kami.
”Malem Nggra. Sory ganggu. Lagi nggak sibuk to?” Tanyaku.
”Malem juga Tyo, enggak ganggu og, beneran. Kok tumben malem-male telpon?Semangat banget telponya? Mesti penting ya?”
”oh, ya syukurlah kalau nggak ganggu. Nggra, aku Cuma mau tanya, apakah ada yang kamu tutup-tutupi dari aku?”
Mendengar pertanyaan dariku, dengan segera, Anggra cepat-cepat menutup telepon dariku. Akhirnya, walaupun tanpa ada jawaban darinya, tapi, aku tau satu hal dan yakin atas pendapatku tentang status hubungan dia.
Tau akan itu, ku coba telpon dia. Tapi, hasilnya nihil. Entah nggak diangkat karena dia sedang sibuk, ataukah,,, ataukah, dia benar-benar menyembunyikan sesuatu dariku. Akhirnya, dengan rasa kecewa, sedih, dan galau tingkat dunia akhirat, kucoba sms dia. Semua emosi yang aku rasakan aku curahkan dalam kata-kata yang aku coba katakan kepada Anggra. Tapi, kucoba untuk tetap menjaga hati Anggra agar tidak marah kepadaku.
”Nggra, sory kalau aku bilang ini ke kamu. Tapi, aku Cuma ingin jujur ke kamu kalau aku tu cinta ke kamu, aku sayang kamu, dan aku care kamu. Maaf, maaf, dan maaf aku bilangnya telat ke kamu. Tapi itu percuma Nggra, aku dah telat bilang ini ke kamu. Aku dah telat. Aku dah telat ngomong ini ke kamu, dan aku telat tau kalau kamu dah punya pacar. Sakit, sakit, dan sakit Nggra aku tau ini dari orang yang pernah aku sukai. Tapi, yo wes lah. Paling ini takdirku. Takdir yang diciptakan Tuhan untuk memperingatkanku agar tidak mempermainkan hati wanita lagi. Tapi, mengapa kamu nggak jujur sama aku? Thanks Anggra atas semuanya, atas semua senyummu, sapamu, dan juga atas semua luka yang kau beri padaku. Thanks ris. Sekali lagi maaf karena aku ngomong ini ke kamu.”
Air mata tanpa sadar menyucur dari mataku. Tanpa sadar, aku terus memikirkan semuanya. Semua telah terjadi dan tidak bisa merubahnya. Kumatikan hp ku dan kucoba untuk mendekatkan diri pada yang kuasa. Entah Anggra membalas smsku atau tidak, tapi aku tidak memperdulikannya. Ingin rasanya seperti bayi yang baru lahir. Tanpa masalah, tanpa dosa, dan tanpa emosi. Ingin rasanya kembali pada masa itu.

#cerpen ini didedikasikan penulis kepada seorang yang penulis cintai disana...ditulis dari hati yang paling dalam
Label: | edit post
0 Responses

Posting Komentar