A.
PENGERTIAN HIDROSFER
Kehidupan di bumi tidak lepas dari air. Air dibutuhkan manusia
untuk minum, mencuci, memasak, indrustri, dan pertanian. Tetapi, tidak seluruh
air dapat dimanfaatkan manusia. Sebanyak 97% air di bumi adalah air laut dan
samudra yang berasa asin. Sedangkan 3 % berwujud gletser dan salju. Dan hanya
1% air tawar yang benar-benar dapat dimanfaatkan. Air ini terdapat di sungai,
danau, dan air tanah. Keberadaan air ini tidak tetap, karena air selalu
beredar. Peredaran ini disebut siklus hidrologi. Jadi, apa itu hidrologi?
Hidrologi adalah ilmu yang
mempelajari tentang air, dan hal-hal yang berkaitan dengan air. Sedangkan
hidrosfer berasal dari kata hidro
yang artinya air dan sphere yang artinya lapisan. Jadi, jika digabungkan
hidrosfer adalah lapisan air yang
mengelilingi bumi. lapisan ini meliputi samudra, laut, danau, sungai, gletser,
air tanah, dan uap air yang terdapat di atmosfer. Sebagian besar hidrosfer
merupakan samudra dan laut. Perbandingan luas perairan dan daratan adalah 72 :
28. Jadi, dapat dikatakan bahwa luas perairan 2,5 kali luas daratan.
Rincian data jumlah air di
permukaan bumi:
1.
Air di wilayah laut :97,2%
2.
Air tawar :2,8%
Air
di wilayah daratan tersebar di beberapa daerah. :
1. Lapisan es dan gletser(2,15%)
2. Air artesis(0,6%)
3. Danau air tawar(0,009%)
4. Danau air asin(0,008%)
5. Air tanah preartik(0,005%)
6. Air sungai(0,0001%
Cabang-cabang ilmu dalam Hidologi pengetahuan yang khususnya
mempelajari tentang air yaitu:
1.
Hirdologi :Ilmu yang
mempelajari tentang air di daratan.
2.
Oceanografi :Ilmu yang mempelajari
air di lautan.
3.
Glasiologi :Ilmu yang
mempelajari hal-hal yang berkaitan Dengan
es
B.
UNSUR-UNSUR SIKLUS
HIDROSFER
Sebelum kita menginjak pada proses siklus hidrologi,
mari kita pelajari istilah-istilah berikut ini :
1. Presipitasi
Uap air yang jatuh ke permukaan bumi. Sebagian besar
presipitasi terjadi sebagai hujan, tetapi di samping itu, presipitasi juga
menjadi salju, hujan es (hail), kabut menetes (fog drip), graupel, dan hujan es
(sleet). Sekitar 505.000 km3 (121.000 cu mil) air jatuh sebagai presipitasi
setiap tahunnya, 398.000 km3 (95.000 cu mi) dari terjadi di atas lautan
2. Canopy
intersepsi
Pengendapan
yang dicegat oleh dedaunan tanaman dan akhirnya menguap kembali ke atmosfer
daripada jatuh ke tanah.
3. Pencairan
salju
Limpasan yang dihasilkan oleh salju mencair.
4. Limpasan
(runoff)
Berbagai cara dengan mana air bergerak di seluruh negeri.
Ini mencakup baik limpasan permukaan (surface runoff) dan limpasan saluran
(channel runoff). Karena mengalir, air dapat merembes ke dalam tanah, menguap
ke udara, menjadi disimpan di danau atau waduk, atau diekstraksi untuk
keperluan manusia pertanian atau lainnya.
5. Infiltrasi
Aliran air dari permukaan tanah ke dalam tanah.
Setelah disusupi, air menjadi kelembaban tanah (soil moisture) atau air tanah
(groundwater).
6. Arus
Bawah Permukaan
Aliran air bawah tanah, di zona Vadose dan akuifer.
Air bawah permukaan dapat kembali ke permukaan (misalnya sebagai pegas atau
dipompa) atau akhirnya meresap ke dalam lautan. Air kembali ke permukaan tanah
pada elevasi lebih rendah dari tempat itu disusupi, di bawah tekanan gaya
gravitasi atau gravitasi diinduksi. Tanah cenderung bergerak lambat, dan diisi
kembali perlahan-lahan, sehingga dapat tetap dalam akuifer selama ribuan tahun.
7. Penguapan
Transformasi air dari cair ke fase gas ketika bergerak
dari tanah atau badan air ke atmosfer atasnya. Sumber energi untuk penguapan
terutama radiasi matahari. Penguapan banyak yang implisit meliputi transpirasi
dari tanaman, meskipun bersama-sama mereka secara khusus disebut sebagai
evapotranspirasi. Jumlah evapotranspirasi tahunan total sekitar 505.000 km3
(121.000 cu mi) volume air, 434.000 km3 (104.000 cu mi) yang menguap dari
lautan.
8. Sublimasi
Perubahan wujud secara langsung dari air padat (salju
atau es) untuk uap air.
9. Adveksi
Gerakan air - dalam wujud padat, cair, atau uap -
melalui atmosfer. Tanpa adveksi, air yang menguap dari lautan tidak bisa jatuh
sebagai presipitasi di atas tanah.
10.
Kondensasi
Transformasi uap air untuk tetesan air cair di udara,
awan dan kabut adalah wujudnya.
11.
Transpirasi
Pelepasan uap air dari tanaman dan tanah ke udara. Uap
air adalah gas yang tidak dapat dilihat.
12.
Kondensasi
Proses
perubahan wujud uap air menjadi titik-titik air sebagai hasil pendinginan
13.
Evaporasi
Penguapan dari badan air secara langsung
14. Transpirasi
Penguapan air yang terkandung dalam tumbuhan
15. Evapotranspirasi
Perpaduan evaporasi dan transpirasi
16. Perkolasi
Air yang meresap terus sampai ke kedalaman tertentu hingga
mencapai air tanah atau groundwater
17. Konveksi
Gerakan uap air dari satu tempat ke tempat lain karena
pergerakan angin secara vertikal
C.
SIKLUS HIDROSFER
Air di bumi jumlahnya tetap dan apabila diamati akan
terlihat bergerak dalam suatu lingkaran peredaran yang disebut Siklus
Hidrologi. Siklus air ialah peredaran air dari laur, ke udara, dan setelah
jatuh ke daratan kembali lagi ke laut. Terjadinya siklus air karena pengaruh
sinar matahari yang dipancarkan ke seluruh permukaan bumi. akibat pemanasan
tersebut, terjadilah penguapan air sungai, rawa, danau, dan laut yang
didistribusikan ke atmosfer sehingga mengalami kondensas( awan) dan jatuh sebagai
hujan.
Ada tiga macam siklus air, yaitu:
1. Siklus pendek
a.
Air laut menguap
menjadi uap gas karena panas matahari
b.
Terjadi kondensasi dan pembentukan awan
c.
Turun hujan di permukaan laut
2. Siklus Sedang
a.
Air laut menguap menjadi uap gas karena panas matahari
b.
Terjadi kondensasi
c.
Uap bergerak oleh tiupan angin ke darat
d.
Pembentukan awan
e.
Turun hujan di permukaan daratan
f.
Air mengalir di sungai menuju laut kembali
3. Siklus Panjang
a. Air
laut menguap menjadi uap gas karena panas matahari
b. Uap
air mengalami sublimasi
c. Pembentukan
awan yang mengandung kristal es
d. Awan
bergerak oleh tiupan angin ke darat
e. Pembentukan
awan
f.
Turun salju
g. Pembentukan gletser
h. Gletser
mencair membentuk aliran sunga
i.
Air mengalir di
sungai menuju darat dan kemudian ke laut
D.
JENIS-JENIS PERAIRAN DARAT
a. Sungai
Sungai adalah perairan yang airnya mengalir secara terus menerus pada arah tertentu, berasal dari air tanah, air hujan, dan atau air permukaan yang akhirnya bermuara ke laut atau perairan terbuka yang luas. Sungai mati, perairan lebak, kanal dan saluran irigasi yang dibuat manusia termasuk ke dalam kategori sungai.
Sungai adalah perairan yang airnya mengalir secara terus menerus pada arah tertentu, berasal dari air tanah, air hujan, dan atau air permukaan yang akhirnya bermuara ke laut atau perairan terbuka yang luas. Sungai mati, perairan lebak, kanal dan saluran irigasi yang dibuat manusia termasuk ke dalam kategori sungai.
b. Danau
Danau adalah genangan air yang luas dengan tinggi dan luas permukaan air berfluktuasi kecil, yang kedalamannya dangkal atau sangat dalam, mempunyai atau tidak mempunyai sungai yang mengalir ke dalam atau ke luar perairan, terbentuk secara alami dan terisoiasi dari laut. Situ dan telaga termasuk kedalam kategori danau.
Danau adalah genangan air yang luas dengan tinggi dan luas permukaan air berfluktuasi kecil, yang kedalamannya dangkal atau sangat dalam, mempunyai atau tidak mempunyai sungai yang mengalir ke dalam atau ke luar perairan, terbentuk secara alami dan terisoiasi dari laut. Situ dan telaga termasuk kedalam kategori danau.
c. Waduk
Waduk adalah genangan air yang terbentuk karena pembendungan aliran sungai oleh manusia.
Waduk adalah genangan air yang terbentuk karena pembendungan aliran sungai oleh manusia.
d. Rawa
Rawa adalah perairan yang cukup luas yang terdapat di dataran rendah dengan sumber air dari air hujan, air laut dan atau berhubungan atau tidak berhubungan dengan sungai, relatif tidak dalam, berdasar lumpur dan atau tumbuhan membusuk, banyak terdapat vegetasi baik yang mengapung dan mencuat maupun tenggelam.
Rawa adalah perairan yang cukup luas yang terdapat di dataran rendah dengan sumber air dari air hujan, air laut dan atau berhubungan atau tidak berhubungan dengan sungai, relatif tidak dalam, berdasar lumpur dan atau tumbuhan membusuk, banyak terdapat vegetasi baik yang mengapung dan mencuat maupun tenggelam.
e. Gletser
Gletser menurut Katili (dalam Tanudidjaja) adalah masa es berbutir yang terbentuk dari penimbunan salju dan bergerak menuju ke bawah akibat gravitasi bumi, sambil menguap ataupun meleleh.salju berasal dari uap air yang membeku di daerah dingin pada lintang tinggi dan daerah lintang sedang pada musim dingin (winter). Timbunan es di daerah lereng pegunungan tersebut akan menuruni lereng-lereng yang disebut gletser.
Gletser menurut Katili (dalam Tanudidjaja) adalah masa es berbutir yang terbentuk dari penimbunan salju dan bergerak menuju ke bawah akibat gravitasi bumi, sambil menguap ataupun meleleh.salju berasal dari uap air yang membeku di daerah dingin pada lintang tinggi dan daerah lintang sedang pada musim dingin (winter). Timbunan es di daerah lereng pegunungan tersebut akan menuruni lereng-lereng yang disebut gletser.
f. Daerah
Aliran Sungai
DAS adalah sebidang lahan yang menampung air hu jan dan mengalirkannya menuju parit, sungai dan akhirnya bermuara ke danau atau laut. Istilah yang juga umum digunakan untuk DAS adalah daerah tangkapan air (DTA) atau catchment atau watershed. Batas DAS adalah punggung perbukitan yang membagi satu DAS dengan DAS lainnya.
DAS adalah sebidang lahan yang menampung air hu jan dan mengalirkannya menuju parit, sungai dan akhirnya bermuara ke danau atau laut. Istilah yang juga umum digunakan untuk DAS adalah daerah tangkapan air (DTA) atau catchment atau watershed. Batas DAS adalah punggung perbukitan yang membagi satu DAS dengan DAS lainnya.
E.
MACAM-MACAM SUNGAI
Macam-macam Sungai Berdasarkan Sumber Airnya
Berdasarkan sumber airnya, sungai terbagi 3
yaitu :
1 Sungai Hujan,
adalah sungai yang airnya berasal dari air hujan atau sumber mata air.
Contohnya adalah sungai-sungai yang ada di pulau Jawa dan Nusa Tenggara.
2. Sungai
Gletser, adalah sungai yang airnya berasal dari pencairan es.
Contoh sungai yang airnya benar-benar murni berasal dari pencairan es saja
(ansich) boleh dikatakan tidak ada, namun pada bagian hulu sungai Gangga di
India (yang berhulu di Peg. Himalaya) dan hulu sungai Phein di Jerman (yang
berhulu di Pegunungan Alpen) dapat dikatakan sebagai contoh jenis sungai ini.
3. Sungai
Campuran, adalah sungai yang airnya berasal dari pencairan es (
gletser ), dari hujan, dan dari sumber mata air. Contoh sungai jenis ini adalah
sungai Digul dan sungai Mamberamo di Papua ( Irian Jaya).
Macam–macam Sungai Berdasarkan Debit Airnya
Berdasarkan debit air yang dimilikinya,
sungai dapat digolongkan menjadi :
1. Sungai permanen.
Sungai ini memiliki debit air sepanjang tahun
relatif tidak berubah banyak. Contohnya Sungai Mahakam
di Kalimantan.
2. Sungai periodik.
Pada musim kemarau, debit air sungai ini
mengalami penurunan dibandingkan pada musim penghujan. Contohnya Bengawan Solo.
3. Sungai episodik.
Sungai–sungai di Nusa Tenggara umumnya
termasuk jenis sungai episodik. Sungai ini kering di musim kemarau
dan berair banyak di musim penghujan.
4. Sungai ephemeral.
Sungai ini mirip dengan sungai episodik,
hanya saja pada musim penghujan belum tentu memiliki air banyak.
Macam – macam Sungai Berdasarkan Umur
Berdasarkan tahapan pembentukan atau umur,
sungai terbagi 3 yaitu :
1. Sungai muda.
Memasuki tahap dewasa, keterjalan sungai
berkurang. Demikian pula dengan daya erosi dan kecepatan alirannya. Mulai
terjadi pengendapan di beberapa bagian.
3. Sungai tua
Penampang sungai melebar dengan daerah
limpahan banjir pada sisi sungai. Banyak terjadi pengendapan material yang
dibawanya.
Berdasarkan asal kejadiannya
·
Sungai
Konsekuen, adalah sungai yang airnya mengalir mengikuti arah lereng awal.
·
Sungai Subsekuen atau strike valley adalah
sungai yang aliran airnya mengikut strike batuan.
·
Sungai
Obsekuen, adalah sungai yang aliran airnya berlawanan arah dengan sungai
konsekuen atau berlawanan arah dengan kemiringan lapisan batuan serta bermuara
di sungai subsekuen.
·
Sungai
Resekuen, adalah sungai yang airnya mengalir mengikuti arahkemiringan lapisan
batuan dan bermuara di sungai subsekuen.
·
Sungai
Insekuen, adalah sungai yang mengalir tanpa dikontrol oleh litolo mau pun
struktur geologi.
F.
PERBEDAAN MASING-MASING
BAGIAN SUNGAI
a. Bagian
Hulu
Bagian
hulu merupakan bagian awal dari sebuah sungai. Biasanya bagian ini terletak di
pegunungan. Pada bagian ini, lembah sungai memiliki bentuk menyerupai huruf V.
Ciri cirinya adalah, sungai sungai dibagian hulu memiliki aliran yang sangat
deras dan sungai sungainya lumayan dalam. Hal ini di karenakan karena leteknya
yang di daerah pegunungan yang memiliki kemiringan cukup curam. Sehingga air
akan sangat cepat untuk mengalir ke bawah. Proses yang terjadi disini adalah
proses erosi. Proses erosi sendiri diakibatkan oleh aliran yang sangat deras
tadi. Karena aliran ini juga lah, air akan menggerus sungai dengan sangat
cepat, sehingga lembah sungai ini membentuk huruf V.
b. Bagian
Tengah
Bagian
tengah adalah lanjutan dari bagian hulu tadi. Bagian tengah biasanya memiliki
cirri lembah sungai membentuk huruf U. Hal ini dikarenakan kondisi lokasinya
yang tidak curam lagi, melainkan landai. Hal ini mengakibatkan aliran air tidak
begitu deras. Karena air tidak terlalu deras, maka proses erosi disini sidah
tidak begitu dominan. Masih ada proses erosi, tetapi itu kecil sekali. Proses
yang dominan terjadi di daerah ini adalah transportasi. Maksudnya adalah, hasil
dari erosi yang terjasi di bagian hulu tadi, dibawa oleh air menuju ke daerah
bawahnya, kearah hulu.
c. Bagian
Hilir
Bagian
hilir adalah bagian sungai terakhir, yang akhirnya bagian ini akan mengantar
sungai itu ke laut (muara). Ciri cirri bagian ini adalah, lembah sungai disini
tidak berbentuk V atau U lagi, tetapi lebih menyerupai huruf U yang lebar.
Sungai di daerah hilir ini biasanya sudah ber-meander (Berliku liku). Di daerah
ini proses yang dominan adalah sedimentasi. Artikel partikel hasil erosi di
bagian hulu, yang kemudian di transportasi di bagian tengah, akan di endapkan
di bagian hilir ini. Jika sungai bermuara di laut yang permukaan bawah lautnya
landai, dan arus / gelombangnya tidak besar, maka kemungkinan akan terbentuk
delta.
G.
MACAM-MACAM POLA ALIRAN SUNGAI
- Dendritik: seperti percabangan pohon, percabangan tidak teratur dengan arah dan sudut yang beragam. Berkembang di batuan yang homogen dan tidak terkontrol oleh struktur, umunya pada batuan sedimen dengan perlapisan horisontal, atau pada batuan beku dan batuan kristalin yang homogen.
- Rectangular : Aliran rectangular merupakan pola aliran dari pertemuan antara alirannya membentuk sudut siku-siku atau hampir siku-siku. Pola aliran ini berkembang pada daerah rekahan dan patahan.
- Paralel: anak sungai utama saling sejajar atau hampir sejajar, bermuara pada sungai-sungai utama dengan sudut lancip atau langsung bermuara ke laut. Berkembang di lereng yang terkontrol oleh struktur (lipatan monoklinal, isoklinal, sesar yang saling sejajar dengan spasi yang pendek) atau dekat pantai.
- Trellis: percabangan anak sungai dan sungai utama hampir tegak lurus, sungai-sungai utama sejajar atau hampir sejajar. Berkembang di batuan sedimen terlipat atau terungkit dengan litologi yang berselang-seling antara yang lunak dan resisten.
- Deranged : pola aliran yang tidak teratur dengan sungai dengan sungai pendek yang arahnya tidak menentu, payau dan pada daerah basah mencirikan daerah glacial bagian bawah.
- Radial Sentrifugal: sungai yang mengalir ke segala arah dari satu titik. Berkembang pada vulkan atau dome.
- Radial Centripetal: sungai yang mengalir memusat dari berbagai arah. Berkembang di kaldera, karater, atau cekungan tertutup lainnya.
- Annular: sungai utama melingkar dengan anak sungai yang membentuk sudut hampir tegak lurus. Berkembang di dome dengan batuan yang berseling antara lunak dan keras.
- Pinnate : Pola Pinnate adalah aliran sungai yang mana muara anak sungai membentuk sudut lancip dengan sungai induk. Sungai ini biasanya terdapat pada bukit yang lerengnya terjal.
- Memusat/Multibasinal: percabangan sungai tidak bermuara pada sungai utama, melainkan hilang ke bawah permukaan. Berkembang pada topografi karst.
H.
UPAYA PELESTARIAN SUNGAI
Sungai merupakan salah satu sumber air yang
dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan dan kebutuhan hidup sehari-hari
sudah selayaknya dilakukan berbagai upaya untuk menjaga kelestarian dan
kealamiannya. Sungai yang melewati sebagaian besar kota-kota besar di Indonesia
kondisinya sangat memperihatinkan.
Tengok saja sungai atau kali ciliwung yang
melintasi daerah ibukota DKI Jakarta yang air sungainya sudah hitam legam,
berbau tidak sedap dan tidak layak konsumsi. Namun ironisnya masih banyak warga
kumuh berpenghasilan rendah di sekitar bantaran kali ciliwung yang masih tetap
menggunakan air sungai tersebut untuk mandi, mencuci, dan buang air. Tentu saja
hal itu tidak boleh didiamkan begitu saja. Mesti ada tindak lanjut pemerintah
pusat, pemerintah daerah, serta seluruh warga masyarakat harus melakukan
beberapa upaya untuk melestarikan sungai sebagai berikut :
1.
Melestarikan Hutan di Hulu Sungai
Agar tidak menimbulkan erosi tanah di sekitar hulu sungai sebaiknya pohon-pohon atau pepohonan tidak digunduli atau ditebang atau merubahnya menjadi areal pemukiman penduduk. Dengan adanya erosi otomatis akan mambawa tanah, pasir, dan sebagainya ke aliran sungai dari hulu ke hilir yang sehingga menyebabkan pendangkalan sungai.
Agar tidak menimbulkan erosi tanah di sekitar hulu sungai sebaiknya pohon-pohon atau pepohonan tidak digunduli atau ditebang atau merubahnya menjadi areal pemukiman penduduk. Dengan adanya erosi otomatis akan mambawa tanah, pasir, dan sebagainya ke aliran sungai dari hulu ke hilir yang sehingga menyebabkan pendangkalan sungai.
2. Tidak Buang
Air di Sungai atau Kali
Buang air kecil dan air besar sembarangan adalah perbuatan yang salah. Kesan pertama dari tinja atau urin yang dibuang sembarangan adalah bau dan menjijikkan. Ekskresi juga merupakan salah satu medium yang paling baik untuk perkembangan bibit penyakit dari mulai penyakit ringan sampai ke penyakit yang berat dan kronis. Oleh sebab itu janganlah boker dan beser di sembarang tempat.
Buang air kecil dan air besar sembarangan adalah perbuatan yang salah. Kesan pertama dari tinja atau urin yang dibuang sembarangan adalah bau dan menjijikkan. Ekskresi juga merupakan salah satu medium yang paling baik untuk perkembangan bibit penyakit dari mulai penyakit ringan sampai ke penyakit yang berat dan kronis. Oleh sebab itu janganlah boker dan beser di sembarang tempat.
3.
Tidak Membuang Sampah Ke Sungai
Sampah yang dibuang secara sembarangan ke kali akan menyebabkan aliran air menjadi mampet. Selain itu sampah juga menyebabkan sungai cepat dangkal dan akhirnya memicu terjadinya banjir di musim penghujan. Sampah juga membuat sungai tampak kotor, tidak terawat, terkontaminasi, dan lain sebagainya.
Sampah yang dibuang secara sembarangan ke kali akan menyebabkan aliran air menjadi mampet. Selain itu sampah juga menyebabkan sungai cepat dangkal dan akhirnya memicu terjadinya banjir di musim penghujan. Sampah juga membuat sungai tampak kotor, tidak terawat, terkontaminasi, dan lain sebagainya.
4.
Tidak Membuang Limbah Rumah Tangga dan
Industri
Tempat yang paling mudah untuk membuang limbah industri yang berupa limbah cair adalah dengan membuangnya ke sungai. Namun apakah limbah itu aman dan layak untuk dibuang ke sungai? Hal itu membutuhkan penelitian dan proses perubahan secara kimia yang tentu saja akan menambah biaya operasional perusahaan. Pemerintah melalui kementrian lingkungan hidup telah membuat tata cara serta aturan untuk pembuangan limbah yang benar-benar ketat. Limbah yang dibuang secara asal-asalan tentu saja bisa menimbulkan berbagai gangguan masyarakat mulai dari bau yang tidak sedap, pencemaran terhadap air tanah, gangguan kulit, serta masih banyak lagi gangguan kesehatan lain yang merugikan.
Tempat yang paling mudah untuk membuang limbah industri yang berupa limbah cair adalah dengan membuangnya ke sungai. Namun apakah limbah itu aman dan layak untuk dibuang ke sungai? Hal itu membutuhkan penelitian dan proses perubahan secara kimia yang tentu saja akan menambah biaya operasional perusahaan. Pemerintah melalui kementrian lingkungan hidup telah membuat tata cara serta aturan untuk pembuangan limbah yang benar-benar ketat. Limbah yang dibuang secara asal-asalan tentu saja bisa menimbulkan berbagai gangguan masyarakat mulai dari bau yang tidak sedap, pencemaran terhadap air tanah, gangguan kulit, serta masih banyak lagi gangguan kesehatan lain yang merugikan.
I.
DAS (DAERAH ALIRAN SUNGAI)
DAS ata daerah aliran sungai adalah sebuah sungai
beserta anak-anak sungainya yang ada pada suatu daerah, atau wilayah tampungan
air yang masuk ke wilayah air sungai yang lebih besar dan berakhir pada suatu
muara. Contohnya adalah DAS Kapusa, DAS Serayu, DAS Musi, DAS Bengawan
solo dan DAS Cimanuk. Suatu daerah
aliran sungai bisa dibagi menjadi tiga bagian, yaitu bagian hulu, hilir, dan
tengah’
Faktor-faktor yang mempengaruhi DAS adalah iklim, jenis batuan
yang dilalui, dan banyak sedikitnya air yang jatuh ke alur sungai pada waktu
hujan. Cepat atau lambatnya air hujan yang terkumpul di alur sangat tergantung
pada bentuk lereng DAS. Ada tiga macam bentuk DAS:
a. DAS
berbentuk bulu burung atau lurus dengan debit banjir yang kecil dan berlangsung
lama
b. DAS
bentuk radial atau menyebar dengan banjir yang besar d dekat titik pertemuan
anak-anak sungai
c. DAS
berbentuk paralel atau sejajar dengan banjir yang terjadi di sebelah hilir
titik pertemuan sungai-sungai.
Di dalam
wilayah daerah aliran sungai terdapat bentukan alam seperti:
a. Dataran
Banjir
Yaitu endapan pada dasar sungai yang sudah mencapai
stadium dewasa
b. Delta
Yaitu material sedimen sungai hasil erosi yang
berasal dari daerah hulu diendapkan dimuara membentuk kenampakan khas berbentuk
segitiga
c. Tanggul
alam
Yaitu endapan yang terjadi di tepi sungai
d. Tanggul
aluvial
Yaitu sungai yang mengalami perubahan gradien dari
daerah pegunungan mencapai dataran rendah.
e. Kerucut
aluvial
Kerucut aluvial terjadi karena berkurangnya daya
angkut karena terjadinya perubahan gradien.
Beberapa
manfaat sungai:
a. Untuk
irigasi
b. Untuk
perikanab air tawar
c. Sebagai
sarana transportasi
d. Penghasil
bahan bangunan
e. Untuk
PLTA
f.
Untuk rekreasi dan olah raga
Secara
alami, sungai mengalami aktibitas kegiatan seperti:
a. Mengangkut
material batuan hasil kikisan (transportasi)
b. Mengikis
dinding-dinding saluran sungai (erosi)
c. Mengendapkan
material-material(sedimentasi)
Aktivitas
sungai:
a.
Pelebaran :terjadi
karena pengikisan
b.
Pendalaman :terjadi
di hulu karena erosi yang kuat pada dinding sungai
c.
Pemanjangan :Terjadi
di daerah hulu karena adanya erosi mundur.
Pengendalian
DAS:
a.
Mengusahakan DAS daerah huu sebagai penyangga, dapat
tertutup oleh vegetasi pelndung dengan tujuan:
a.
Menjaga agar debit sungai antara musim penghujan dan
kemarau dapat terkendali
b.
Menjaga supaya terhindar dari banjir
c.
Menjaga supaya daerah bagian hulu tidak terjadi
erosi yang kuat
b.
Mengusahakan daerah aliran sungai bagian hilir dapat
terhindar dari berbagai bentuk polusi
J.
DANAU
Danau adalah sejumlah air (tawar atau asin) yang terakumulasi di suatu
tempat yang cukup luas, yang dapat terjadi karena mencairnya gletser,
aliran sungai, atau karena adanya mata air. Biasanya danau dapat dipakai
sebagai sarana rekreasi, dan olahraga.
Danau adalah cekungan besar di
permukaan bumi yang digenangi oleh air bisa tawar ataupun asin yang seluruh
cekungan tersebut dikelilingi oleh daratan.
Kebanyakan danau
adalah air tawar
dan juga banyak berada di belahan bumi utara pada ketinggian yang lebih atas.
Sebuah danau
periglasial adalah danau yang di salah satunya terbentuk
lapisan es, "ice cap" atau gletser, es ini menutupi aliran
air keluar danau.
Istilah
danau juga digunakan untuk menggambarkan fenomena seperti Danau Eyre,
di mana danau ini kering di banyak waktu dan hanya terisi pada saat musim
hujan. Banyak danau adalah buatan dan sengaja dibangun untuk penyediaan tenaga listrik-hidro, rekreasi
(berenang,
selancar
angin, dll), persediaan air, dll.
1. Klasifikasi Danau
Danau yang disebabkan oleh kegiatan vulkanik
·
Danau
kaldera terbentuk bila di dalam kaldera
atau bagian tengah gunung berapi yang runtuh terkumpul air. Danau ini umumnya
bulat dan dalam. Danau Toba di Sumatera adalah suatu danau kaldera.
·
Danau kawah terbentuk bila dalam kawah, atau lubang
bulat mirip corong di puncak gunung berapi terkumpul air. Contohnya ialah danau
kawah di Oregon ( Amerika Serikat ).
·
Danau
bendungan lava terbentuk bila aliran lava
gunung berapi menyumbat lembah sungai dan menyebabkan terbentuknya danau.
Contohnya adalah Laut Galilea di Timur Tengah.
Danau yang disebabkan oleh pengikisan
·
Danau
gletser terbentuk bila gletser dan
lembaran es mengeruk permukaan bumi dan membentuk ceruk. Kemudian ceruk ini
terisi air dan membentuk danau. Contohnya ialah Danau Leman (Swiss dan
Perancis).
·
Danau
Lekukan gurun terbentuk di daerah kering
tempat angin menghasilkan lekukan. Bila dasar lekuk tersebut mencapai muka air
tanah, maka terbentuklah sebuah danau. Contohnya ialah oase gurun di seluruh
dunia.
Danau yang dihasilkan oleh sungai dan laut
·
Danau tapal
kuda dihasilkan bila sungai yang
berkelok-kelok melintasi daratan mengambil jalan pintas dan meninggalkan
potongan-potongan yang akhirnya membentuk danau tapal kuda.
·
Danau delta terbentuk di sepanjang pantai yang arus
pantainya mengendapkan pasir dan membentuk gosong pasir. Akhirnya, gosong pasir
itu sama sekali memisahkan sebagian kecil laut, dan dengan demikian membentuk
laguna. Delta-delta terbesar di dunia mempunyai danau delta atau laguna.
Danau yang dihasilkan oleh gerakan bumi
·
Danau sesar terjadi jika persesaran di kerak bumi, maka
terbentuklah lekukan atau lembah retak yang kemudian dapat menjadi danau.
Contonya ialah Danau Malawi di Lembah Retakan Afrika Timur.
2. Manfaat Danau
·
Tempat untuk
menyalurkan hobi (memancing).
·
Sumber air
bagi pengairan (sawah).
·
Tempat riset
dan penelitian.
K.
AIR TANAH
a.
Pengertian Air Tanah
Air tanah
adalah air yang terletak di bawah permukaan tanah di tanah pori ruang dan dalam
fraktur formasi batuan. Sebuah unit batuan atau deposit tidak dikonsolidasi
disebut akuifer ketika dapat menghasilkan kuantitas yang dapat digunakan air.
Kedalaman di mana ruang pori tanah dan rongga dalam batuan menjadi benar-benar
jenuh dengan air disebut muka air . Air tanah diisi dari, dan akhirnya mengalir
kepermukaan secara alami, debit alam sering terjadi di mata air dan rembesan,
dan dapat membentuk oasis atau lahan basah . Air tanah juga sering digunakan
untuk pertanian, kota dan industri digunakan oleh membangun dan mengoperasikan
ekstraksi sumur .
Biasanya, air tanah dianggap sebagai air cair
yang mengalir melalui akuifer dangkal, namun secara teknis juga dapat mencakup
kelembaban tanah, permafrost (tanah beku), air bergerak di permeabilitas batuan
dasar yang sangat rendah, dan mendalam panas bumi atau minyak formasi air. Air
tanah dihipotesiskan untuk memberikan pelumasan yang mungkin dapat mempengaruhi
pergerakan kesalahan. Kemungkinan bahwa banyak dari bawah permukaan bumi berisi
air, yang mungkin dicampur dengan cairan lain dalam beberapa kasus.
Sebuah akuifer adalah lapisan substrat
berpori yang berisi dan transmit air tanah. Ketika air dapat mengalir langsung
antara permukaan dan zona jenuh dari suatu akuifer, akuifer tersebut adalah
bebas. Bagian lebih dalam akuifer terkekang biasanya lebih jenuh karena
gravitasi menyebabkan air mengalir ke bawah.
Substrat dengan porositas rendah yang
memungkinkan transmisi terbatas airtanah dikenal sebagai akuitar . Sebuah
akiklud adalah substrat dengan porositas yang sangat rendah maka hampir kedap
air tanah. Sebuah kasus aquifer tertekan adalah akuifer yang ditutupi oleh
suatu lapisan kedap air yang relatif batuan atau substrat seperti akiklud atau
akuitar. Jika tertekan mengikuti kelas bawah dari perusahaan zona resapan air ,
air tanah bisa menjadi bertekanan sebagai mengalir. Hal ini dapat membuat sumur
artesis yang mengalir bebas tanpa perlu pompa dan naik ke ketinggian lebih
tinggi dari tabel air statis di bebas.
b.
Macam-macam Air Tanah Berdasarkan Formasi Biologis
i.
Air tanah dangkal ( air tanah freaktik )
Air
tanah dangkal adalah air tanah yang terjadi dari air hujan yang meresap ke
dalam tanah dan berkumpul di atas lapisan kedap air (impermeable) yang paling
dekat ke permukaan bumi. Kedalaman air tanah freaktik pada setiap tempat
berbeda-beda dan penampang air tanah pada setiap tanah berbeda-beda
ii.
Air tanah dalam ( air tanah artesis )
Air tanah
dalam adalah air tanah yang berada pada lapisan batuan yang porous ( lolos air
). Lapisan air tersebut berada di antara dua lapisan batuan yang tidak tembus
air. Apabila seseorang membuat sumur sampai pada air tanah dalam, maka sumur
tersebut relative tidak akan mengalami kekeringan walaupun pada musim kemarau.
Air tanah dalam memungkinkan untuk menjadi sumber air artesis, yaitu apabila
mendapat tekanan yang cukup tinggi.
c.
Macam-macam Air Tanah Berdasarkan asal-usulnya
Dibedakan menjadi air tanah
yang berasal dari atmosfer (angkasa) dan air tanah yang berasal dari dalam
perut bumi.
·
Air tanah
yang berasal dari atmosfer disebut meteoric water (vados water), yaitu air
tanah ber asal dari hujan dan pencairan salju.
·
Air tanah
yang berasal dari dalam bumi misalnya
i.
Air tanah
turbir (conate water), yaitu air
tanah yang tersimpan di dalam batuan sedimen;
ii.
Air tanah
juvelin (juvelin water), yaitu air
tanah yang bersumber dari air yang naik dari maagma bila gas-gasnya dibebaskan
melalui mata air panas.
L.
MENGAPA TERJADI PENCEMARAAN
AIR TANAH DANGKAL?
Air adalah benda yang sangat dibutuhkan oleh manusia. Seiring
bertambahnya penduduk, maka, tingkat kebutuhan akan air pun akan meningkat
tajam. Selain itu, dalam beraktifitas, manusia juga membutuhkan lahan. Manusia
akan membuka lahan untuk dijadikan tempat tinggal, dan tempat kerja. Hal itu
berakibat lahan yang digunakan untuk daerah resapan air akan berkurang. Hal itu
berakibat tingkat air yang diserap ke dalam tanah akan berkurang. Di beberapa kota besar di Indonesia seperti Jakarta,
Bandung, Semarang, Surabaya, dan Denpasar serta pusat-pusat industri di Pulau
Jawa, pengambilan tanahnya sudah begitu intensif. Banyak industri atau hotel
yang memiliki sumur produksi, bahkan ada satu perusahaan yang memiliki sampai
lebih dari 20 sumur dengan pengambilan air tanah lebih dari 8.000m³ per
hari. Akibatnya di pusat-pusat pengambilan air tanah terjadi kemerosotan
kuantitas, kualitas, dan bahkan lingkungan air tanah.
Fakta mengenai pencemaran air tanah sebagaimana
dilaporkan oleh Danaryanto dan Satriyo tahun 2008 antara lain menyebutkan bahwa
akibat pengambilan air tanah yang intensif di daerah tertentu dapat menimbulkan
pencemaran air tanah dalam yang berasal dari air tanah dangkal, sehingga
kualitas air tanah yang semula baik menjadi menurun dan bahkan tidak dapat
dipergunakan sebagai bahan baku air minum. Sedangkan di dataran air
pantai akibat pengambilan air tanah yang berlebihan akan menyebabkan terjadinya
intrusi air laut karena pergerakan air laut ke air tanah.
Laporan
tersebut juga menyampaikan bahwa di sekitar Bandung air tanah dangkal
di daerah pemukiman dan industri umumnya tidak memenuhi syarat sebagai
sumber air minum. Beberapa parameter yang tidak sesuai persyaratan untuk sumber
air minum, karena melebihi ambang batas yang diizinkan, antara lain: kekeruhan
melebihi 5 FTU,warna lebih dari 15 PtCo, pH kurang dari 6,5, lebih dari 0,3 mg/l, lebih dari 0,1 mg/l, lebih
dari mg/l, lebih dari 250 mg/1, dan lebih dari 50 mg/l, serta
mengandung bakteri coli tinja. Rendahnya kualitas air tanah dangkal di daerah
pemukiman dan industry ini kemungkinan disebabkan oleh litologi akuifer yang
merupakan endapan danau dan pencemaran dari limbah domestik.
Kekeruhan dan warna dapat terjadi karena adanya
zat-zat koloid berupa zat-zat yang terapung serta terurai secara halus sekali,
kehadiran zat organik, lumpur, atau karena tingginya kandungan logam besi dan
mangan. Kehadiran ammonia dalam air bias karena adanya rembesan dari lingkungan
yang kotor, dari saluran air pembuangan domestik. Ammonia terbentuk karena
adanya pmbusukan zat organik secara bacterial atau karena adanya pencemaran
pertanian.
Kandungan besi dan mangannya tinggi (>0,3 m/l untuk
besi, >0,1 mg/l untuk mangan) disebabkan bantuan akuifer yang banyak
mengandung logam besi dan mangan. Pada umumnya senyawa besi dan mangan sangat
umum terdapat dalam tanah dan mudah larut dalam air terutama bila air bersifat
asam. Kandungan bakteri coli tinja hanya berkembang pada sumur gali, sedang
pada sumur pantek umumnya tidak mengandung bakteri coli tinja. Pencemaran coli
tinja kemungkinan disebabkan oleh tangki jamban dibuat terlalu berdekatan
dengan sumur atau sumur berdekatan dengan sungai yang telah tercemar oleh tinja
manusia.
Di Jakarta penurunan kualitas air tanah tak-tertekan
(kedalaman < 40 m) ditandai dengan adanya peningkatan nilai DHL air tanah,
terjadi di daerah dataran bagian barat yakni di wilayah Jakarta Utara (1 – 1000
μS/cm), Jakarta barat (15 – 600 μS/cm), dan kota Tangerang (40 – 160 μS/cm).
sedangkan dibagian timur, terjadi peningkatan air tanah dengan penurunan nilai
DHL yang terjadi di wilayah Jakarta Selatan (3 –251 μS/cm), Jakarta Timur (20
μS/cm), dan kota Bekasi (49 μS/cm). Pada sistem akuifer tertekan atas
(kedalaman 40 – 140 m) di daerah dataran bagin barat terjadi penurunan kualitas
air tanah dengan peningkatan nilai DHL air tanah di wilayah kota Tangerang (60
- 636 μS/cm), Jakarta Utara (554 – 1900 μS/cm), dan Jakarta Pusat (14 - 56
μS/cm).
M.
INTRUSI AIR LAUT
a. Pengertian
Kawasan pantai adalah kawasan yang secara topografi
merupakan dataran rendah dan dilihat secara morfologi berupa dataran pantai.
Secara geologi, batuan penyusun dataran umumnya berupa endapan aluvial yang
terdiri dari lempung, pasir dan kerikil hasil dari pengangkutan dan erosi
batuan di bagian hulu sungai. Umumnya batuan di dataran bersifat kurang kompak,
sehingga potensi airtanahnya cukup baik. Akuifer di dataran pantai yang baik
umumnya berupa akuifer tertekan, tetapi akuifer bebas pun dapat menjadi sumber
airtanah yang baik terutama pada daerah-daerah pematang pantai/gosong pantai.
Permasalahan pokok pada kawasan pantai adalah keragaman sistem akuifer, posisi
dan penyebaran penyusupan/intrusi air laut baik secara alami maupun secara
buatan yang diakibatkan adanya pengambilan airtanah untuk kebutuhan domestik,
nelayan, dan industri. Oleh karena itu, kondisi hidrogeologi di kawasan ini
perlu diketahui dengan baik, terutama perbandingan antara kondisi alami dan kondisi
setelah ada pengaruh eksploitasi.
Gambar 1. Penampang Melintang Pertemuan Airtanah dan
Air Laut
Air
laut memiliki berat jenis yang lebih besar dari pada air tawar akibatnya air
laut akan mudah mendesak airtanah semakin masuk. Secara alamiah air laut tidak
dapat masuk jauh ke daratan sebab airtanah memiliki piezometric yang
menekan lebih kuat dari pada air laut, sehingga terbentuklah interface
sebagai batas antara airtanah dengan air laut. Keadaan tersebut merupakan
keadaan kesetimbangan antara air laut dan airtanah.
Masuknya air laut ke sistem akuifer melalui dua
proses, yaitu intrusi air laut dan upconning. Intrusi air laut di daerah
pantai merupakan suatu poses penyusupan air asin dari laut ke dalam airtanah
tawar di daratan. Zona pertemuan antara air asin dengan air tawar disebut
interface. Pada kondisi alami, airtanah akan mengalir secara terus
menerus ke laut. Berat jenis air asin sedikit lebih besar daripada berat
jenis air tawar, maka air laut akan mendesak air tawar di dalam tanah lebih ke
hulu. Tetapi karena tinggi tekanan piezometric airtanah lebih
tinggi daripada muka air laut, desakan tersebut dapat dinetralisir dan aliran
air yang terjadi adalah dari daratan kelautan, sehingga terjadi
keseimbangan antara air laut dan airtanah, sehingga tidak terjadi intrusi air
laut. Intrusi air laut terjadi bila keseimbangan terganggu. Aktivitas
yang menyebabkan intrusi air laut diantaranya pemompaan yang berlebihan,
karakteristik pantai dan batuan penyusun, kekuatan airtanah ke laut, serta
fluktuasi airtanah di daerah pantai. Proses intrusi makin panjang bisa
dilakukan pengambilan airtanah dalam jumlah berlebihan. Bila intrusi sudah
masuk pada sumur, maka sumur akan menjadi asing sehingga tidak dapat lagi
dipakai untuk keperluan sehari-hari.
b. Penyebab
i.
Penurunan muka air tanah atau bidang pisometrik di
daerah pantai
ii.
Pemompaan air bawah tanah yang berlebihan di daerah
pantai. Proses intrusi makin panjang bila dilakukan pengambilan air tanah di
daerah pantai dalam jumlah berlebihan.
iii.
Masuknya air laut kedaratan melaui sungai, kanal,
saluran, rawa, ataupun cekungan lainnya
iv.
Kenaikan air laut
·
Fenomena seperti El Nino Southern Ocillation (ENSO) yang menaikan muka
laut di pesisir pasifik Amerika Latin secara bersamaan dengan menurunkan muka
laut di Pasifik Barat.
·
Pembentukan
cekungan geologis yang lebar dan dangkal
v.
Penebangan pohon bakau, penggalian karang laut untuk
dijadikan bahan bangunan dan kerikil jalan pembuatan tambak udang dan ikan yang
memberikan peluang besar masuknya air laut jauh ke daratan
c. Hubungan
Penurunan Muka Air Tanah Dengan Intrusi
Air Laut
Pada dekade terakhir ini telah terjadi
pertumbuhan penduduk yang sangat pesat didunia,dan hal tersebut menyebabkan
eksploitasi air bawah tanah terus meningkat dengan pesat..Fenomena ini telah
menyebabkan dampak kualitas dan kuantitas air bawah tanah.
Intrusi diartikan sebagai perembesan air laut
ke daratan, bahkan sungai sungai. Suatu kawasan yang awalnya air tanahnya tawar
kemudian berubah menjadi lagang dan asin seperti air laut. Intrusi dapat
berakibat rusaknya air tanah yang tawar dan berganti menjadi asin. Penyebabnya,
antara lain penebangan pohon bakau, penggalian karang laut untuk dijadikan
bahan bangunan dan kerikil jalan. Pembuatan tambak udang dan ikan yang
memberikan peluang besar masuknya air laut jauh ke daratan.
Apabila keseimbangan hidrostatik antara air
bawah tanah tawar dan air bawah tanah asin didaerah pantai terganggu,maka akan
terjadi pergerakan air bawah tanah asin/air laut ke arah darat dan terjadilah
intrusi air laut.
Terminologi intrusi pada hakekatnya hanya
setelah ada aksi,yaitu pengambilan air bawah tanah yang mengganggu keseimbangan
hidrostatik.adanya intrusi air laut ini merupakan permasalahan pada pemanfaatan
air bawah tanah di daerah pantai,karena berakibat langsung pada mutu air bawah
tanah.
Air bawah tanah yang sebelumnya layak
digunakan untuk air minum,karena adanya intrusi air laut,maka terjadi gradasi
mutu,sehingga tidak layak lagi digunakan untuk air minum.
d. Cara
Mencegah Intrusi Air Laut
·
Melindungi pantai dengan vegetasi mangrove. Kawasan
pantai memiliki fungsi sebagai penyangga kahidupan
·
Meningkatan kandungan air tanah dengan memperbanyak
hutan kota agar air hujan dapat efektif di serap oleh tanah.
·
Mengubah Pola
Pemompaan
Memindah
lokasi pemompaan dari pantai ke arah hulu akan menambah kemiringan landaian
hidrolika ke arah laut, sehingga tekanan airtanah akan bertambah besar.
Gambar
3. Mengubah Pola Pemompaan
·
Pengisian Air tanah Buatan
Muka
airtanah dinaikkan dengan melakukan pengisian airtanah buatan. Untuk
akuifer bebas dapat dilakukan dengan menyebarkan air dipermukaan tanah,
sedangkan pada akuifer tertekan dapat dilakukan pada sumur pengisian yang
menembus akuifer tersebut.
Gambar
4. Pengisian Airtanah Buatan
·
Extraction Barrier
Ekstraction barrier dapat dibuat
dengan melakukan pemompaan air asin secara terus menerus pada sumur yang
terletak di dekat garis pantai. Pemompaan ini akan menyebabkan terjadinya
cekungan air asin serta air tawar akan mengalir ke cekungan tersebut.
Akibatnya terjadi baji air laut ke daratan.
Gambar
5. Extraction Barrier
·
Injection Barrier
Injection barrier dapat dibuat
dengan melakukan pengisian air tawar pada sumur yang terletak di dekat garis
pantai. Pengisian air akan menaikkan muka air tanah di sumur tersebut,
akan berfungsi sebagai penghalang masuknya air laut ke daratan.
Gambar 6. Injection Barrier
·
Subsurface Barrier
Penghalang
di bawah tanah sebagai pembatas antara air asin dan air tawar dapat dibuat
semacam dam dari lempung, beton, bentonit maupun aspal.
N.
UPAYA MENGELOLAAN AIR TANAH
Untuk menjaga agar kelestarian air
tanah tetap terjamin, maka perlu diperhatikan hal-hal berikut ini:
1)
Mencegah
penggunaan air tanah berlebihan. Saat ini penggunaan air tanah sudah sangat
boros. Mulai dari pengeboran (sumur bor), memompa air artesis untuk kebutuhan
hidup sehari hari. Hal ini didorong dengan perilaku masyarakat yang sering
menggunakan air secara tidak efisien. Contoh: beberapa orang sering lupa
menutup keran air ketika mereka mengisi bak mandi atau tempat air lain. Ini
membuat banyak air terbuang sia-sia.
2)
Mencegah
terjadinya ledakan penduduk dan permukiman yang berlebihan karena berkaitan
dengan membesarnya konsumsi air tanah. Ledakan penduduk dan pemukiman
menebabkan konsumsi air tanah terus membesar. Walaupun melakukan penghematan,
tetap saja jika penduduk bertambah penggunaan air terus bertambah, karena
setiap orang selama hidupnya dari bayi hingga manula memerlukan air.
3)
Pemanfaatan
air tanah (tawar) di daerah pantai harus menaati peraturan yang ditetapkan
pemerintah. Daerah pantai memang sering kesulitan dalam mencari air bersih di
permukaan, karena kecenderungan bersifat payau, sehingga tidak baik untuk
dikonsumsi. Maka penduduk di sekitar pantai lebih menggunakan air tanah dalam
jumlah besar. Jika ini terus berlangsung, penduduk di derah yang lebih tinggi akan kesulitan mendapat air
tanah dan boros penggunaan air.
4)
Mencegah
terjadinya perusakan hutan agar tidak menimbulkan ketimpangan tata air. Saat
ini, penebangan hutan diberbagai daerah yang tidak melihat kestabilan
lingkungan. Karena sebagian air tanah berasal dari peresapan yang sempurna di
hutan, oleh akar-akar tanaman.
5)
Konversi
atau perubahan penggunaan lahan dalam suatu daerah aliran sungai harus
diperhitungkan dampak dan manfaatnya. Saat ini terutama dikota-kota besar telah
terjadi penggunaan lahan-lahan disekitar aliran sungai yang salah. Seperti
perumahan kumuh di sekitar bantaran sungai. Ini membuat daerah aliran air
menjadi terhambat, dan resapan air berkurang. Ini menjadikan produksi air tanah
berkurang.
6)
Memperketat pelaksanaan analisis
mengenai dampak lingkungan (AMDAL) khususnya terhadap air tanah. Pertumbuhan
pembangunan bangunan dan lahan industri pasti terdapat AMDAL. AMDAL ini ada
baiknya lebih diperketat, agar pembuatan berbagai bangunan dan pembukaan lahan
tidak terlalu mengurangi keseimbangan lingkungan
7) Membuat sumur resapan. Salah satu
solusi terbaik bagi pengelolaan air tanah di daerah perkotaan yang hanya
memiliki sedikit daerah resapan air. Dengan mengumpulkan berbagai air dari sisa
penggunaan sehari-hari, air hujan, dan lain sebagainya di sumur khusus.
O.
RAWA
a. Pengertian
Rawa
adalah tanah basah yang selalu digenangi air dan tumbuhan vegetasi. Rawa
terbentuk karena suatu daerah letaknya lebih rendah dari daratan di sekitarnya
dan dareah tersebut kekurangan
drainase. Rawa-rawa di Indonesia umumnya terdapat di disekitar muara sungai besar. Rawa juga sering
disebut tanah basah yang sering digenangi air
karena letaknya yang relatif rendah. Rawa biasanya ditumbuhi oleh
tumbuh-tumbuhan yang batangnya lunak atau rumput-rumputan. Ada dua jenis rawa,
yaitu rawa di daerah pedalaman yang berisi air tawar dan rawa yang disebabkan
oleh pasang naik dan pasang turun yang berisi air asin. Misalnya di Sumatra
bagian timur, Kalimantan bagian barat, Kalimantan bagian selatan, dan
Kalimantan bagian timur.
b. Manfaat Rawa
i.
Rawa di tepi sungai dapat ditanami padi.
ii.
Rawa dengan hutan
mangrove (bakau, api-api dan sebagainya) dapat menghasilkan
kayu untuk berbagai keperluan manusia dan dapat mencegah terjadinya erosi.
iii.
Rawa pantai
dengan nipah dan rumbia dapat dimanfaatkan manusia sebagai bahan pembuatan atap.
iv.
Beberapa jenis
rawa dapat menghasilkan ikan.
v.
Daerah rawa dapat
juga dijadikan tempat pemukiman dengan rumah-rumah bertiang tinggi, dengan perahu sebagai alat
angkutannya.
vi.
Setelah
dikeringkan rawa dapat dijadikan sebagai lahan pertanian tanah kering.
vii.
Tumbuhan rawa
seperti eceng gondok dapat dijadikan bahan baku pembuatan biogas dan
barang-barang kerajinan anyaman seperti tas, dompet, hiasan dinding dan
lain-lain
viii.
Dapat dijadikan
daerah pertanian pasang surut
ix.
Sebagai lahan
untuk usaha perikanan darat
c. Klasifikasi Rawa
·
Berdasarkan
keadaan airnya
Ø Rawa yang airnya tidak mengalami pergantian
air. Rawa jenis ini tidak memiliki pintu pelepasan air sehingga airnya selalu
tergenang. Ciri rawa tersbut antara lain airnya sangat asam, berwarna merah,
tidak dapat dijadikan air minum, tidak ada organisme yang hidup, dan sukar
dimanfaatkan.
Ø Rawa yang mengalami pergantian air karena
mendapat pengaruh pasang surut air laut. Rawa ini biasana terletak di dekat
sungai dan disebut juga rawa pasang surut. Sedangkan rawa jenis kedua memiliki
pintu pelepasan air sehingga airnya berganti. Ciri-cirinya aantara lain airnya
tidak terlalu asam, banyak organisme yang hidup seperti cacing tanah, ikan
serta tumbuh tumbuhan rawa seperti eceng gondok, pohon rumbia dan lain-lain,
dapat diolah menjadi lahan pertanian.
d. Pelestarian Rawa
·
Tidak sembarangan
menebangi pohon-pohon atau tumbuh-tumbuhan yang tumbuh di rawa.
·
Tidak membuang
limbah ke rawa, karena dapat membahayakan kehidupan organisme di dalamnya.
·
Tidak merusak
tanaman rawa.
·
Reboisasi di
daerah rawa dengan tanaman air untuk menahan abrasi.
P.
AIR LAUT
a. Pengertian
Sebagian besar wilayah muka bumi ini tertutup
oleh air. Luas daerah air dan daratan berbanding 7:3. Perairan laut merupakan
suatu wilayah perairan mulai dari pantai sampai dasar laut. Laut juga sering di
sebut sejumlah air asin dalam wilayah yang kuas menggenangi daratan sehingga
daat menghubungkan benua dan pulau. Laut yang luas disebut samudra. Di muka
bumi ini terdapat empat samudra atau laut yang sangat luas, yaitu samudra
atlantik, samudra hindia, samudra pasifik, dan samudra arktik. Air di muka bumi
sebagian berada dilaut, yaitu mencapai ±79,2% dan air tawar ±2,8%. Bentang
perairan laut bagian utara dan selatan lebih besar baian selatan, karena
dipengaruhi banyak sedikitnya daratan yang ada ditengah-tengah lautan.
b. Klasifikasi Air Laut
Ø Berdasarkan proses terjadinya
1.
Laut Transgresi (laut yang meluas), terjadi karena adanya perubahan permukaan
laut secara positif (secara meluas). Perubahan permukaan ini terjadi karena
naiknya permukaan air laut atau daratannya yang turun, sehingga bagian-bagian
daratan yang rendah tergenang air laut. Perubahan ini terjadi pada zaman es.
Contoh laut jenis ini adalah laut Jawa, laut Arafuru dan laut Utara.
2.
Laut Ingresi, adalah laut
yang terjadi karena adanya penurunan tanah di dasar laut. Oleh karena itu laut
ini juga sering disebut laut tanah turun. Penurunan tanah di dasar laut akan
membentuk lubuk laut dan palung laut. Lubuk laut atau basin adalah penurunan di
dasar laut yang berbentuk bulat. Contohnya lubuk Sulu, lubuk Sulawesi, lubuk
Banda dan lubuk Karibia. Sedangkan Palung Laut atau trog adalah
penurunan di dasar laut yang bentuknya memanjang. Contohnya palung Mindanau
yang dalamnya 1.085 m, palung Sunda yang dalamnya 7450 m palung Jepang yang
dalamnya 9.433 m serta palung Mariana yang dalamnya 10.683 m (terdalam di
dunia).
3.
Laut Regresi, adalah laut
yang menyempit. Penyempitan terjadi karena adanya pengendapan oleh batuan
(pasir, lumpur dan lain-lain) yang dibawa oleh sungaisungai yang bermuara di
laut tersebut. Penyempitan laut banyak terjadi di pantai utara pulau Jawa.
Ø Berdasarkan letak laut
1.
Laut tepi (laut pinggir), adalah
laut yang terletak di tepi benua (kontinen) dan seolaholah terpisah dari
samudera luas oleh daratan pulau-pulau atau jazirah. Contohnya laut Cina
Selatan dipisahkan oleh kepulauan Indonesia dan kepulauan Filipina.
2.
Laut pertengahan, adalah laut
yang terletak di antara benua-benua. Lautnya dalam dan mempunyai gugusan
pulau-pulau. Contohnya laut Tengah di antara benua Afrika- Asia dan Eropa, laut
Es Utara di antara benua Asia dengan Amerika dan lain-lain.
3.
Laut pedalaman, adalah
laut-laut yang hampir seluruhnya dikelilingi oleh daratan. Contohnya laut
Kaspia, laut Hitam dan laut Mati.
Ø Berdasarkan kedalamannya
1.
Zona Lithoral, adalah
wilayah pantai atau pesisir atau shore. Di wilayah ini pada saat air
pasang tergenang air dan pada saat air laut surut berubah menjadi daratan. Oleh
karena itu wilayah ini sering juga disebut wilayah pasang-surut.
2.
Zona epineritik,
bagian cekungan lautan yang diantara garis-garis surut dan tempat paling dalam
masih dapat dicapai oleh sinar matahari (50 m)
3.
Zona Neritic (wilayah laut dangkal), yaitu dari batas wilayah pasang surut hingga
kedalaman 150 m. Pada zona ini masih dapat ditembus oleh sinar matahari
sehingga pada wilayah ini paling banyak terdapat berbagai jenis kehidupan baik
hewan maupun tumbuh-tumbuhan. Contohnya laut Jawa, laut Natuna, selat Malaka
dan laut-laut di sekitar kepulauan Riau.
4.
Zona Bathyal
(wilayah laut dalam), adalah
wilayah laut yang memiliki kedalaman antara 150 m hingga 1800 m. Wilayah ini
tidak dapat tertembus sinar matahari, oleh karena itu kehidupan organismenya
tidak sebanyak yang terdapat di wilayah Neritic.
5.
Zone Abyssal (wilayah laut sangat dalam), yaitu wilayah laut yang memiliki kedalaman di
atas 1800 m. Di wilayah ini suhunya sangat dingin dan tidak ada
tumbuh-tumbuhan. Jenis hewan yang dapat hidup di wilayah ini sangat terbatas.
Q.
MORFOLOGI DASAR LAUT
Seperti halnya bentuk muka bumi di daratan yang beraneka ragam,
bentuk muka bumi di lautan juga beragam. Bedanya bentuk muka bumi di lautan
tidak seruncing dan sekasar relatif di daratan. Keadaan ini akibat dari erosi
dan pengupasan olah arus laut
Bentuk-bentuk muka bumi di
lautan adalah sebagai berikut :
1.
Landas kontinen (continental
shelf), yaitu wilayah laut yang
dangkal di sepanjang pantai dengan kedalaman kurang dari 200 meter, dengan
kemiringan kira-kira 8,4 %. Landas kontinen merupakan, dasar laut dangkal di
sepanjang pantai danmenjadi bagian dari daratan. Contohnya Landas Kontinental
Benua Eropa Barat sepanjang 250 km ke arah barat. Dangkalan sahul yang
merupakan bagian dari benua Australia dan Pulau Irian, landas kontinen dari
Siberia ke arah laut Artetik sejauh 100 km, dan Dangkalan Sunda yang merupakan
bagian dari Benua Asia yang terletak antara Pulau Kalimantan, Jawa dan Sumatra.
2.
Lereng benua (continental
slope), merupakan kelanjutan
dari continental shelf dengan kemiringan antara 4 % sampai 6 %. Kedalaman
lereng benua lebih dari 200 meter.
3.
Dasar
Samudra (ocean floor), meliputi:
a.
Deep
Sea Plain, yaitu dataran dasar laut dalam dengan kedalaman lebih dari 1000
meter.
b.
The
Deep, yaitu dasar laut yang terdalam yang berbentuk palung laut(trog).
Pada ocean floor terdapat relief bentukan antara lain:
1. Gunung laut, yaitu gunung
yang kakinya di dasar laut sedangkan badan puncaknya muncul ke atas permukaan
laut dan merupakan sebuah pulau.
Contoh: gunung Krakatau.
2. Seamount, yaitu gunung di
dasar laut dengan lereng yang curam dan berpuncak runcing serta kemungkinan
mempunya tinggi sampai 1 km atau lebih tetapi tidak sampai kepermukaan laut.
Contoh: St. Helena, Azores da
Ascension di laut Atlantik.
4.
Guyot,
yaitu gunung di dasar laut yang bentuknya serupa dengan seamount tetapi bagian
puncaknya datar. Banyak terdapat di lautan Pasifik.
4. Punggung laut (ridge), yaitu punggung pegunungan yang ada di
dasar laut.
Contoh: punggung laut Sibolga.
5. Ambang laut (drempel), yaitu
pegunungan di dasar laut yang terletak diantara dua laut dalam.
Contoh: ambang laut sulu, ambang
laut sulawesi.
6. Lubuk laut (basin), yaitu
dasar laut yang bentuknya bulat cekung yang terjadi karena ingresi.
Contoh: lubuk laut sulu, lubuk
laut sulawesi.
7. Palung laut (trog), yaitu
lembah yang dalam dan memanjang di dasar laut terjadi karena ingresi.
Contoh: Palung Sunda, Palung
Mindanao, Palung Mariana.
R.
PANTAI
a.
Pengertian
Pantai adalah suatu
wilayah yang dimulai dari titik terendah air laut waktu surut hingga ke arah
daratan sampai batas paling jauh ombak/gelombang menjulur ke daratan. Jadi
daerah pantai dapat juga disebut daerah tepian laut. Pantai juga sering disebut
bagian daratan yang berbatasan dengan laut yang berada di bawah pengaruh
gelombang pantai, merupakan daerah yang meliputi pesisir sampai daerah yang lebih
jauh ke arah daratan. Dalam bahasa Inggris pantai disebut dengan istilah
“shore” atau “beach”. Adapun tempat pertemuan antara air laut dan daratan
dinamakan garis pantai (shore line). Garis pantai ini setiap saat berubah-ubah
sesuai dengan perubahan pasang surut air laut. Bentuk pantai bermacam-macam, ada yang landai dan ada pula
yang curam. Tepian laut yang landai ini ada yang berpasir dan ada pula yang
berlumpur. Tepian laut yang curam seperti dinding batu disebut “cliff”, pantai
berpasir disebut gisik atau “sand beach” dan pantai berlumpur disebut “mud
beach”.
b.
Klasifikasi
Ø Berdasarkan letak pegunungan di
sekitarnya
1.
Pantai
diskordan: pantai yang tegak lurus dengan pegunungan.
2.
Pantai
konkordan: pantai yang sejajar dengan dengan pegunungan dan pada umumnya
cairan.
S.
PESISIR
a.
pengertian
Pesisir adalah suatu wilayah yang lebih luas dari pada pantai.
Wilayah pesisir mencakup wilayah daratan sejauh masih mendapat pengaruh laut
(pasang surut dan perembasan air laut pada daratan) dan wilayah laut sejauh
masih mendapat pengaruh dari darat (aliran air sungai dan sedimen dari darat).
Jadi jika dari kejauhan masih mendengar deburan ombak dan merasakan hembusan
angin laut, daerah tersebut masih disebut pesisir. Menurut Badan Koordinasi
Survey dan Pemetaan Nasional (BAKOSURTANAL) batas wilayah pesisir ialah daerah
yang masih ada pengaruh kegiatan bahari dan sejauh konsentrasi (desa) nelayan.
b.
Klasifikasi
Ø Foreshore, adalah bagian pesisir muka
pasang terendah sampai garis ketinggian muka air pada waktu pasang.
Ø Backshore,
adalah bagian pesisir
mulai batas foreshore sampai garis pantai.
Ø Offshore,
adalah bagian pesisir
yang sudah lepas pantai.
T.
ARUS LAUT
a.
Pengertian
Arus
laut (sea current) adalah gerakan massa air laut dari satu tempat ke tempat
lain baik secara vertikal (gerak ke atas) maupun secara horizontal (gerakan ke
samping). Contoh-contoh gerakan itu seperti gaya coriolis, yaitu gaya yang
membelok arah arus dari tenaga rotasi bumi. Pembelokan itu akan mengarah ke
kanan di belahan bumi utara dan mangarah ke kiri di belahan bumi selatan. Gaya
ini yang mengakibatkan adanya aliran gyre yang searah jarum jam (ke kanan) pada
belahan bumi utara dan berlawanan dengan arah jarum jam di belahan bumi
selatan. Perubahan arah arus dari pengaruh angin ke pengaruh gaya coriolis
dikenal dengan spiral ekman.
b.
Faktor
terjadinya
Ø Perbedaan suhu dan salinitas air
laut.
Ø Gerakan angin yang tetap setiap
tahun.
Ø Perbedaan tinggi air laut.
Ø Adanya rintangan pulau atau
benua.
Ø Up
willing dan down willing curent.
Ø Arus panas dan arus dingin.
c.
Persebaran
Ø Samudra Pasifik
·
Utara
§ Arus Khatulistiwa utara
§ Arus Koyashio
·
Selatan
§ Arus Khatulistiwa selatan
§ Arus Australia timur
§ Disepanjang garis Khatulistiwa
Ø Samudra Atlantik
·
Utara
§ Arus Khatulistiwa utara
§ Arus teluk
§ Arus tanah hijau timur
§ Arus Labador
·
Selatan
§ Arus Khatulistiwa selatan
§ Arus Brazilia
§ Arus bengeula
§ Arus angin barat
Ø Samudra Hindia
·
Arus
musim barat daya, dan arusmusim timur laut.
U.
GELOMBANG LAUT
a.
Pengertian
Gelombang laut atau ombak
merupakan gerakan air laut yang paling umum dan mudah kita amati. Helmholts
menerangkan prinsip dasar terjadinya gelombang laut sebagai berikut : “Jika ada
dua massa benda yang berbeda kerapatannya (densitasnya) bergesekan satu sama
lain, maka pada bidang gerakannya akan terbentuk gelombang”.
b.
Klasifikasi
Ø Gerak
osilasi, yaitu gerak gelombang
akibat molekul air bergerak melingkar. Gerak osilasi biasanya terjadi di laut
lepas, yaitu pada bagian laut dalam. Adanya gelombang dibangkitkan oleh
kecepatan angin, lamanya angin bertiup, luas daerah yang ditiup angin (fetch),
dan kedalaman laut. Gelombang ini memiliki tinggi dan lembah gelombang. Puncak
gelombang akan pecah di dekat pantai yang disebut breaker atau gelora.
Ø Gerak
translasi, yaitu gelombang osilasi
yang telah pecah lalu seperti memburu garis pantai, bergerak searah dengan
gerak gelombang tanpa diimbangi gerakan mundur. Gelombang ini tidak memiliki
puncak dan lembah yang kemucian dikenal dengan istilah surf. Gelombang ini dimanfaatkan
untuk olah raga surfing.
Ø Gerak
swash dan back swash
berbentuk gelombang telah menyentuh garis pantai. Kedatangan gelombang disebut
swash, sedangkan ketika kembali disebut back swash.
c.
Istilah
Ø Puncak geombang: titik tertinggi
dari sebuah gelombang laut.
Ø Lembah gelombang: titik terendah
dari sebuah gelombang laut.
Ø Tinggi gelombang: jarak vertikal
antara puncak dan lembah gelombang.
Ø Panjang gelombang: jarak lurus
antara dua buah puncak gelombang.
Ø Periode gelombang: waktu yang
dibutuhkan oleh dua buah puncak gelombang atau antara lembah gelombang.
Ø Cepat rambat gelombang:
kecepatan bergeraknya suatu gelombang dalam satuan waktu tertentu.
d.
Proses
terjadinya
Ø Karena angin. Gelombang terjadi
karena adanya gesekan angin di permukaan, oleh karena itu arah gelombang sesuai
dengan arah angin.
Ø Karena menabrak pantai.
Gelombang yang sampai ke pantai akan terjadi hempasan dan pecah. Air yang pacah
itu akan terjadi arus balik dan membentuk gelombang, oleh karena itu arahnya
akan berlawanan dengan arah datangnya gelombang
Ø Karena gempa bumi. Gelombang
laut terjadi karena adanya gempa di dasar laut. Gempa terjadi karena adanya
gunung laut yang meletus atau adanya getaran/pergeseran kulit bumi di dasar
laut. Gelombang yang ditimbulkan biasanya besar dan disebut dengan gelombang
“tsunami”. Contoh ketika Gunung Krakatau meletus 1883, menyebabkan terjadinya
gelombang tsunami yang banyak menimbulkan kerugian.
e.
Tsunami
Tsunami
(bahasa Jepang: 津波; tsu = pelabuhan, nami = gelombang, secara harafiah berarti
"ombak besar di pelabuhan") adalah perpindahan badan air yang
disebabkan oleh perubahan permukaan laut secara vertikal dengan tiba-tiba.
Perubahan permukaan laut tersebut bisa disebabkan oleh gempa bumi yang
berpusat di bawah laut, letusan gunung
berapi
bawah laut, longsor bawah laut,
atau atau hantaman meteor di laut. Gelombang tsunami
dapat merambat ke segala arah. Tenaga yang
dikandung dalam gelombang tsunami
adalah tetap terhadap fungsi ketinggian dan kelajuannya. Di laut dalam, gelombang tsunami
dapat merambat dengan kecepatan 500-1000 km per jam. Setara dengan kecepatan
pesawat terbang. Ketinggian gelombang di laut dalam hanya sekitar 1 meter.
Dengan demikian, laju gelombang tidak terasa oleh kapal yang sedang berada di
tengah laut. Ketika mendekati pantai, kecepatan gelombang tsunami
menurun hingga sekitar 30 km per jam, namun ketinggiannya sudah meningkat
hingga mencapai puluhan meter. Hantaman gelombang Tsunami bisa masuk hingga
puluhan kilometer dari bibir pantai. Kerusakan dan korban jiwa yang terjadi
karena Tsunami bisa diakibatkan karena hantaman air maupun material yang
terbawa oleh aliran gelombang tsunami.
V.
PASANG-SURUT AIR LAUT
a.
Pengertian
Pasang naik dan pasang surut merupakan bentuk gerakan air laut
yang terjadi karena pengaruh gaya tarik bulan dan matahari terhadap bumi. Hal
ini didasarkan pada hukum Newton yang berbunyi : “Dua benda akan terjadi saling tarik
menarik dengan kekuatan yang berbanding terbalik dengan pangkat dua jaraknya”. Berdasarkan hukum
tersebut berarti makin jauh jaraknya makin kecil daya tariknya, karena jarak
dari bumi ke matahari lebih jauh dari pada jarak ke bulan, maka pasang surut
permukaan air laut lebih banyak dipengaruhi oleh bulan.
b.
Klasifikasi
Ø Pasang Purnama, ialah peristiwa terjadinya pasang naik dan
pasang surut tertinggi (besar). Pasang besar terjadi pada tanggal 1
(berdasarkan kalender bulan)dan pada tanggal 14 (saat bulan purnama). Pada
kedua tanggal tersebut posisi bumi-bulan-matahari berada pada satu garis
(konjungsi) sehingga kekuatan gaya tarik bulan dan matahari berkumpul menjadi
satu menarik permukaan bumi. Permukaan bumi yang menghadap ke bulan mengalami
pasang naik besar.
Ø Pasang Perbani, ialah peristiwa
terjadinya pasang naik dan pasang surut terendah (kecil). Pasang kecil ini
terjadi pada tanggal 7 dan 21 kalender bulan. Pada kedua tanggal tersebut
posisi matahari – bulan – bumi membentuk susut 90 °. Gaya tarik bulan dan
matahari terhadap bumi berlawanan arah sehingga kekuatannya menjadi berkurang
(saling melemahkan) dan terjadilah pas ang terendah.
W.
SALINITAS KADAR GARAM
Salinitas atau kadar garam ialah
banyaknya garam-garaman (dalam gram) yang terdapat dalam 1 Kg (1000 gr) air
laut. Salinitas umumnya stabil, walaupun di beberapa tempat terjadi fluktuasi.
Garam di laut berasal dari hasil pelapukan di daratan. Pelapukan ini mengandung
bermacam-macam garam yang terlarut dalam air sungai, dan di hanyutkan ke laut.
Hampir setiap tempat laut memiliki salinitas sama, sekitar 33%-37%. Pada air
laut dalam, nilai salinitasnya antara 34,5% dan 35%. Rata-rata salinitas air
laut adalah 35%.
Faktor-faktor yang memengaruhi
salinitas:
Ø Penguapan, makin besar tingkat
penguapan air laut di suatu wilayah, maka salinitasnya tinggi dan sebaliknya
pada daerah yang rendah tingkat penguapan air lautnya, maka daerah itu rendah
kadar garamnya.
Ø Curah hujan, makin besar/banyak
curah hujan di suatu wilayah laut maka salinitas air laut itu akan rendah dan
sebaliknya makin sedikit/kecil curah hujan yang turun salinitas akan tinggi.
Ø Banyak sedikitnya sungai yang
bermuara di laut tersebut, makin banyak sungai yang bermuara ke laut tersebut
maka salinitas laut tersebut akan rendah, dan sebaliknya makin sedikit sungai
yang bermuara ke laut tersebut maka salinitasnya akan tinggi
X.
SUHU DAN WARNA AIR LAUT
a.
Suhu
Suhu air laut di suatu daerah
ditentukan oleh besar kecilnya pemanasan matahari, letak lintang geografis
tempat itu, dan keadaan angin. Suhu air laut di permukaan bumi berbeda-beda.
Pada daerah lintang pertengahan, suhu prmukaan air laut berkisar antara
5°C-18°C. Di laut tropika sampai 30°C. Suhu air laut tidak begitu tinggi waktu
pemansan dan tidak begitu dingin sewaktu pendinginan. Karena itu pula, baik
amplitudo harian maupun tahunan air laut kecil.
b.
Warna air laut
Beberapa warna-warna air laut karena
beberapa sebab:
Ø Pada umumnya lautan berwarna
biru, hal ini disebabkan oleh sinar matahari yang bergelombang pendek (sinar
biru) dipantulkan lebih banyak dari pada sinar lain.
Ø Warna kuning, karena di dasarnya
terdapat lumpur kuning, misalnya sungai kuning di Cina.
Ø Warna hijau, karena adanya
lumpur yang diendapkan dekat pantai yang memantulkan warna hijau dan juga
karena adanya planton-planton dalam jumlah besar.
Ø Warna putih, karena permukaannya
selalu tertutup es seperti di laut kutub utara dan selatan.
Ø Warna ungu, karena adanya
organisme kecil yang mengeluarkan sinarsinar fosfor seperti di laut ambon.
Ø Warna hitam, karena di dasarnya
terdapat lumpur hitam seperti di laut hitam
Ø Warna merah, karena banyaknya
binatang-binatang kecil berwarna merah yang terapung-apung.
0 komentar:
Posting Komentar